DETIKTV.CO.ID,HALSEL — Sorotan tajam kembali diarahkan ke Rumah Sakit Umum (RSU) Obi, Kabupaten Halmahera Selatan,( Halsel ) Provinsi Maluku Utara,( Malut) Kali ini, menyusul kematian seorang pasien bernama Ikbal Tak, yang diduga tidak mendapatkan obat-obatan dasar karena instalasi farmasi rumah sakit tidak memiliki stok.
Peristiwa ini memicu reaksi keras dari DPRD Halmahera Selatan. Wakil Ketua Komisi I, Iksan U. Basrah, menyebut RSU Obi sebagai “simbol lumpuhnya sistem layanan kesehatan” di tingkat kecamatan.
“Kalau direktur tidak mampu pastikan ketersediaan obat, maka dia tak layak pimpin rumah sakit. Pecat saja!” ujar Iksan,
Ia menegaskan bahwa anggaran pengadaan obat sudah tersedia di Dinas Kesehatan, dan mekanisme belanja melalui IFK (Instalasi Farmasi Kabupaten) berjalan normal.
“Ini bukan soal uang. Ini soal manajemen. Berapa lagi nyawa harus di korban kan karena resep tanpa isi?” Sambung
Kemarahan Iksan tak lepas dari kasus kematian Ikbal, pemuda asal Desa Anggai, yang dinyatakan meninggal dunia pekan lalu. Keluarga menyebut korban tidak mendapat obat yang dibutuhkan karena kosong di rumah sakit. Ironisnya, kakak Ikbal juga meninggal satu tahun lalu di tempat yang sama, dengan alasan serupa.
Iksan, mengecam keras dugaan praktik maladministrasi di RSUD Obi yang merugikan pasien peserta BPJS. Ia mempertanyakan efektivitas program jaminan kesehatan nasional jika pasien yang seharusnya mendapatkan pelayanan dan obat gratis, justru masih diarahkan untuk membeli obat di luar fasilitas rumah sakit.
“Kalau pasien sudah pegang BPJS tapi tetap diminta tebus resep di apotek luar, lalu fungsi BPJS itu apa? Apakah rumah sakit akan mengganti uang yang sudah keluar? Jelas tidak,” ujar Iksan tegas, Rabu (9/7/2025).
Lebih lanjut, Iksan menilai praktik semacam ini bukan sekadar bentuk kelalaian, melainkan indikasi awal dari potensi penyimpangan anggaran atau tata kelola obat di rumah sakit daerah. Ia menyebut kondisi ini sebagai bentuk pengabaian terhadap hak-hak masyarakat kecil, yang justru menjadi pihak paling terdampak.
“Setiap kami bawa pasien, dokter hanya kasih resep dan suruh beli di luar. Kalau tidak punya uang atau obatnya tidak ada, kami cuma bisa pasrah,” kata Salamat Gorap, Sekretaris Desa Anggai.
Ia juga mengaku pernah mengalami langsung kejadian serupa saat merawat keluarganya.
“RSU Obi ini rumah sakit tanpa isi. Nama saja rumah sakit, tapi fungsinya mati,” ucapnya.
Menurut keluarga korban, resep yang diberikan pun tidak dapat ditebus karena obat tidak tersedia di apotek manapun di Obi.
“Kami sudah keliling semua apotek, tetap kosong. Lalu kami harus cari ke mana?” ujar salah satu kerabat korban.
Keluarga Ikbal menyebut bahwa nyawa mungkin masih bisa tertolong jika obat tersedia.
“Kami tahu ajal di tangan Tuhan. Tapi kalau ikhtiar manusia terhambat sistem rusak, itu namanya pembiaran,” katanya.
Direktur RSU Obi, dr. Diky Hardiansyah, ketika dikonfirmasi media ini ruang ia berdalih bahwa pihaknya hanya mengusulkan permintaan obat, sedangkan pengelolaan anggaran tetap di tangan Dinas.
“Kami beda dengan RSUD Labuha. Kami tidak kelola anggaran sendiri,” ujarnya.
Namun, Iksan menilai alasan itu menunjukkan ketidakmampuan sebagai pimpinan rumah sakit.
“Jangan bungkus ketidakmampuan dengan birokrasi. Ini soal nyawa. Obat kosong sampai sebabkan kematian, itu cukup untuk diberhentikan,” ujarnya tegas.
Ia mendesak Kepala Dinas Kesehatan Halmahera Selatan, Asia Hasyim, untuk segera mengevaluasi dan mencopot dr. Diky dari jabatan direktur.
“Kalau tidak bisa kerja, silakan mundur. Atau kami paksa mundur,” pungkasnya.
Tinggalkan Balasan