DETIKTV.CO.ID, JAKARTA – Nilai tukar rupiah ditutup menguat pada akhir perdagangan hari ini, didorong oleh keyakinan pelaku pasar terhadap prospek positif ekonomi nasional, menurut analis Bank Woori Saudara, Rully Nova.

 

Rupiah tercatat menguat 34 poin atau sekitar 0,21 persen menjadi Rp16.502 per dolar AS, dibandingkan posisi sebelumnya di Rp16.536 per dolar AS.

 

Meski cadangan devisa (cadev) Indonesia turun menjadi 152,5 miliar dolar AS pada April 2025 dari 157,1 miliar dolar AS di bulan sebelumnya, Rully menyebut ekonomi Indonesia tetap menunjukkan kinerja solid, bahkan menjadi yang tertinggi kedua di antara negara-negara ekonomi besar setelah Tiongkok.

 

“Penguatan rupiah terjadi meskipun data cadev menunjukkan penurunan. Ini mencerminkan reaksi pasar yang beragam terhadap dinamika global, namun tetap percaya pada kekuatan ekonomi domestik,” kata Rully kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.

 

Bank Indonesia menjelaskan bahwa penurunan cadangan devisa disebabkan oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah serta upaya stabilisasi nilai tukar rupiah dalam menghadapi ketidakpastian pasar keuangan global.

 

Cadev tersebut masih tergolong kuat karena mampu menutupi kebutuhan impor selama 6,4 bulan atau kombinasi impor dan pembayaran utang luar negeri selama 6,2 bulan, jauh di atas standar kecukupan internasional selama 3 bulan impor. Hal ini menunjukkan ketahanan eksternal Indonesia masih terjaga dengan baik.

 

Stabilitas sektor eksternal juga ditopang oleh prospek ekspor yang tetap positif serta potensi surplus pada neraca transaksi modal dan finansial, ditambah dengan persepsi investor asing yang terus membaik terhadap perekonomian nasional dan daya tarik imbal hasil investasinya.

 

“Optimisme investor terus tumbuh seiring dengan posisi Indonesia sebagai salah satu ekonomi besar di dunia,” tambah Rully.

 

Namun demikian, tekanan dari sentimen global masih membayangi. Pernyataan Federal Reserve (The Fed) yang menyoroti risiko stagflasi dan ketidakpastian di ekonomi Amerika Serikat memberi dampak negatif terhadap rupiah.

 

“Inflasi di AS meningkat karena lonjakan harga barang impor, sehingga ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga oleh The Fed tahun ini menurun dari empat kali menjadi tiga kali,” jelasnya.

 

Di sisi lain, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang dirilis Bank Indonesia pada Kamis juga menunjukkan penguatan rupiah ke level Rp16.497 per dolar AS dari posisi

sebelumnya Rp16.533.