DETIKTV.CO.ID, TERNATE–Namanya Tete Ali. Lelaki renta berusia 83 tahun ini lahir pada 1942 di Desa Wayabula, Kecamatan Morotai Selatan Barat, Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara. Kini, ia memilih menetap di Desa Darame, Kecamatan Morotai Selatan.
Namun, bagi warga Morotai, nama Tete Ali bukan sekadar identitas, ia adalah legenda hidup yang mewarnai denyut kehidupan pulau Morotai.
Sosoknya mudah dikenali, tubuhnya yang renta selalu dipadukan dengan sebuah tas kecil yang setia tergantung di pundak, bahasanya yang kedengaran kasar, tapi dengan gayanya bahasanya dapat menghibur ketika setiap orang mendengar, sementara sebuah payung menjadi sahabat sejati yang tak pernah lepas dari genggamannya ketika jalan kemana-mana. Kehadirannya menjadi simbol sederhana dari kesahajaan hidup, namun justru itulah yang membuatnya begitu dikenal, dan melekat di hati masyarakat seluruh Indonesia terkhususnya di masyarakat Provinsi Maluku Utara.
Sabtu (2/8/2025), di pusat kota Morotai tepatnya di Hotel Bollevard, Ternate langkah pelan Tete Ali kembali menarik perhatian. Warga yang melihatnya seolah menyaksikan bagian dari sejarah yang berjalan di depan mata. Bukan karena jabatan, bukan pula karena kemewahan, tetapi karena ketulusan hidupnya yang apa adanya, yang mengalir bersama waktu tanpa pernah berubah.
Bagi warga Morotai, Tete Ali bukan sekadar orang tua biasa. Ia adalah wajah lain dari Morotai itu sendiri, sederhana, bersahaja, dan penuh cerita yang tak semua orang tahu, namun selalu meninggalkan kesan mendalam bagi siapa pun yang menjumpainya.
Inilah Tete Ali, lelaki tua yang tanpa kata banyak mampu mengajarkan arti keteguhan dan kesederhanaan di umurnya yang sudah tua. Di setiap langkahnya, Morotai seolah menemukan kembali identitasnya yang paling murni, dan menjadi sorotan publik.
Tinggalkan Balasan