Detik TV | Jakarta – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta akan melakukan relokasi pedagang-pedagang dari Pasar Barito paling lambat Hari Minggu, 3 Agustus 2025, nanti. Rencana tersebut mendapatkan penolakan keras dari para pedagang dikarenakan pasar baru tempat mereka akan dipindahkan belum selesai dibangun.

Pada saat bersamaan, para pedagang menilai bahwa pasar lainnya seperti Pasar Mampang yang disiapkan untuk menjadi lokasi berdagang sementara tidak layak untuk ditempati.

“Berdasarkan aspirasi yang kami terima, para pedagang Pasar Burung Barito dengan tegas menolak rencana relokasi yang diusulkan. Lokasi alternatif seperti Lenteng Agung masih berupa tanah kosong yang belum siap, sementara opsi lain seperti Pasar Mampang Prapatan atau Pasar Cidodol dinilai tidak layak,” ujar Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta sekaligus Penasihat Fraksi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) saat bertemu dengan para pedagang di Pasar Barito pada Hari Jumat (1/8/2025) lalu.

Adapun relokasi tersebut akan dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta dalam rangka membangun Taman ASEAN atau yang berubah menjadi Taman Bendera Pusaka sekarang, di mana Taman Langsat yang mencakup Pasar Barito akan dilebur dengan Taman Ayodya dan Taman Leuser.

August mengungkapkan bahwa para pedagang meminta agar Pasar Barito tetap dipertahankan karena sudah menjadi ikon, terutama di kalangan pecinta burung yang membeli hewan tersebut beserta perlengkapannya di sana. Namun, apabila relokasi tidak terhindarkan, maka para pedagang meminta agar Pemprov DKI menunda rencana tersebut sampai pasar pengganti di wilayah Lenteng Agung sudah selesai dibangun.

“Mereka memilih bertahan di Pasar Burung Barito hingga ada kejelasan lebih lanjut. Ada 2 usulan dari pedagang: pertama, mempertahankan Pasar Burung Barito sebagai ikon Jakarta Selatan; kedua, jika relokasi tidak terhindarkan, lokasi baru harus sudah tersedia dan siap digunakan,” lanjutnya.

Salah satu pedagang yang ditemui August, yaitu Deni mengaku bahwa ia sudah berjualan di Pasar Barito selama 16 tahun. Selama berdagang di sana, Deni menjelaskan bahwa ia juga pernah melayani pembeli-pembeli dari mancanegara, seperti Jepang, Korea Selatan, dan Rusia.

August berpendapat bahwa rencana relokasi Pasar Barito itu tidak hanya mengancam pedagang-pedagang di 137 kiosk yang mengandalkan tempat itu untuk mencari sumber pencaharian, tetapi juga para pembeli, terutama komunitas pecinta hewan yang berkunjung ke sana untuk mencari burung dan barang-barang perlengkapan lainnya.

“Kami menilai Pemprov DKI belum melakukan kajian mendalam terkait dampak relokasi terhadap pelanggan Pasar Burung Barito. Pelanggan pasar ini bukan hanya pembeli baru, tetapi juga pelanggan tetap yang mengandalkan
pasar ini untuk mencari kebutuhan seperti pakan burung dan lain-lain,” katanya.

“Komunitas pecinta burung mengenal Pasar Burung Barito sebagai destinasi utama. Jika pasar dipindahkan, misalnya ke Lenteng Agung, pelanggan akan kesulitan menemukan pengganti yang sebanding. Hal ini berpotensi merugikan baik pedagang maupun pelanggan tetap,” sambungnya.

August meminta agar Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, tidak memaksakan pembangunan Taman Bendera Pusaka, terlebih jika proyek tersebut dapat merugikan banyak pihak dan menciderai rasa kemanusiaan para pedagang di Pasar Barito.

“Kami memahami ambisi Gubernur Provinsi DKI Jakarta untuk menyatukan 3 taman guna menjadikan Jakarta kota yang lebih teduh dan membanggakan. Namun, ambisi ini tidak boleh mengorbankan nasib para pedagang Pasar Burung Barito,” ucapnya.

“Kami meminta Gubernur untuk mempertimbangkan kembali rencana ini. Pembangunan taman dapat ditunda terlebih dahulu sebelum Pemprov DKI mencapai kesepakatan dengan para pedagang,” lanjutnya.

Sebaliknya, August meminta agar Pemprov DKI mengambil langkah proaktif untuk membina pedagang di Pasar Barito agar bisa mengembangkan usahanya lebih lanjut di sana.

“Sebagai solusi, kami mengusulkan agar pemerintah memprioritaskan pembinaan dan edukasi bagi pedagang Pasar Burung Barito. Sehingga, pasar ini dapat diperkuat sebagai ikon yang membanggakan Jakarta,” tutupnya.