Oleh: Puji Hartoyo (Presiden Persatuan Pelajar Islam Asia Tenggara 2014-2017)

Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto tampil langsung di Sidang Ke-80 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat, Selasa 23 September 2025 lalu.

Momen penting ini merupakan titik balik diplomasi Indonesia, mengingat lebih dari satu dekade tidak pernah presiden RI hadir langsung di forum tersebut. Ini menjadi sejarah baru bagi Indonesia, dan Prabowo menjadi presiden kelima Indonesia yang berpidato secara langsung dalam forum bergengsi yang dihadiri 193 negara anggota PBB. Tentu saja ini sebuah pencapaian yang luar biasa dan membanggakan bagi bangsa Indonesia.

Berbicara setelah Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, Prabowo terlihat sangat percaya diri di atas podium dengan lantang menyampaikan pandangan-pandangan politik strategis bangsa Indonesia dengan menyoroti sejumlah isu-isu krusial yang dihadapi dunia global saat ini.

Prabowo sebagai purnawirawan TNI menyampaikan narasi dan pesan-pesan moral yang kuat, menggugah dan mencerminkan posisi tegas Indonesia sebagai bangsa yang tidak lupa sejarahnya. Bangsa yang dulu dijajah dan ditindas, namun kini memilih berdiri di barisan depan untuk memperjuangkan keadilan dan perdamaian global.

Dalam konstelasi global yang saat ini terpecah oleh konflik geopolitik, kompetisi kekuatan besar, dan ketidakadilan yang semakin terang-terangan, Prabowo berbicara dengan suara khasnya, yang tegas, menembus keramaian, suara kemanusiaan, suara sejarah, dan suara harapan. Tepuk tangan pun menggema di ruangan itu, menyambut solusi-solusi yang ditawarkannya. Secara terpisah bahkan presiden AS Donald Trump memuji pidato Prabowo dengan mengatakan you did a great job.

Pesan Perdamaian dan Konsistensi Indonesia dalam Membela Palestina

Salah satu bagian paling menonjol dari pidato Prabowo yaitu pesan perdamaian dan menggarisbawahi perlunya multilateralisme yang adil, sebuah tatanan internasional yang tidak hanya menguntungkan negara-negara kuat.

Baginya, perdamaian dan kemakmuran bukanlah hak istimewa, melainkan hak semua bangsa. Dalam konteks konflik Palestina-Israel, ia menegaskan komitmen Indonesia pada solusi dua negara. Palestina harus merdeka, sementara Israel juga berhak atas keamanan. Solusi yang juga selama ini Indonesia tawarkan.

Pernyataan Presiden Prabowo sangat jelas: “Kita tidak boleh berdiam diri ketika rakyat Palestina terus dinafikan haknya atas keadilan dan legitimasi.” Kalimat ini bukan hanya bentuk solidaritas diplomatik, tetapi juga seruan moral bagi PBB untuk kembali ke jati dirinya sebagai penjaga keadilan internasional.

Lebih dari itu, Prabowo juga menyerukan agar bangsa-bangsa dari keturunan Abraham, Yahudi dan Arab hidup dalam perdamaian sejati.

Prabowo dengan tegas menyampaikan bahwa Indonesia konsisten mendukung perjuangan rakyat Palestina. Dalam kesempatan itu, Prabowo tidak menggunakan bahasa yang berputar-putar. Ia menyebut dengan tegas di hadapan dunia, rakyat Palestina terus dinafikan hak-haknya, bahkan di forum internasional tertinggi seperti PBB.

Dalam forum itu, Prabowo menyampaikan disaat banyak negara memilih untuk diam dan bersikap netral. Namun, Indonesia dengan mantap menyuarakan keadilan. Tidak hanya melalui kecaman diplomatik, tetapi juga dengan tindakan nyata seperti bantuan kemanusiaan, dukungan politik, dan bahkan kesiapan mengirim pasukan perdamaian ke Gaza.

Presiden Prabowo menyampaikan bahwa Indonesia punya kontribusi besar yang tidak banyak dilakukan negara lain seperti pengiriman hingga 20.000 pasukan penjaga perdamaian Indonesia, yang senantiasa siap untuk bertugas bukan hanya ke Gaza, tetapi juga ke Ukraina, Sudan, Libya, dan wilayah konflik lainnya. Ini bukan sekadar janji politis. Lebih dari itu, ini perwujudan tanggung jawab global yang besar, dan keberanian untuk bertindak nyata ketika dunia masih banyak bersembunyi di balik pernyataan diplomatik yang ambigu.

Indonesia tidak hanya berbicara atas nama Palestina. Indonesia berbicara atas nama prinsip. Bahwa kekuatan tidak boleh menentukan keadilan, dan bahwa penderitaan manusia, siapa pun dia, tidak boleh diabaikan oleh komunitas internasional. Prabowo pun mengutip pemikiran klasik Thucydides, seorang sejarawan dan jenderal perang Athena yang gagasan-gagasannya menggaung pada abad 400 SM saat terjadi perang antara Sparta dan Athena. Pemikiran realisme politiknya yang sangat terkenal saat ia mengatakan ‘yang kuat melakukan apa yang mereka bisa, yang lemah menderita apa yang harus mereka tanggung.’ Maka Prabowo menegaskan, bahwa kita harus menolak doktrin Thucydides tersebut. Kita harus berdiri untuk semua, baik yang kuat maupun yang lemah. Kekuatan tidak bisa dijadikan kebenaran. Kebenaranlah yang harus menjadi kebenaran,

Indonesia sebagai Pilar Ketahanan Pangan dan Energi Dunia

Di tengah krisis global yang mengancam ketahanan pangan dan energi, Indonesia tidak hadir dengan keluhan, tetapi dengan solusi. Prabowo menyampaikan dengan bangga bahwa Indonesia kini telah swasembada beras, bahkan mengekspor ke negara-negara yang membutuhkan, termasuk Palestina.

Langkah ini menunjukkan bahwa Indonesia bukan hanya berfokus pada kesejahteraan domestik, tetapi juga ingin menjadi bagian dari solusi global. Dengan membangun rantai pasok pangan yang tangguh dan mendorong pertanian cerdas iklim, Indonesia menempatkan diri sebagai lumbung pangan masa depan dunia.

Dalam sektor energi, Prabowo menekankan bahwa Indonesia tengah beralih dari energi fosil ke energi terbarukan. Mulai tahun depan, sebagian besar tambahan kapasitas pembangkit akan berasal dari energi hijau. Komitmen menuju net zero emission pada 2060 atau lebih cepat menunjukkan bahwa Indonesia serius dalam menjalankan Paris Agreement, bukan sekadar hadir di konferensi.

Indonesia Kembali ke Panggung Dunia dengan Martabat

Pidato Prabowo di Sidang Umum PBB adalah tonggak penting dalam arah baru diplomasi Indonesia. Ia bukan hanya menunjukkan posisi tegas terhadap isu-isu global, tetapi juga menyampaikan niat tulus untuk menjadi bagian dari solusi, bukan bagian dari masalah.

Dalam forum yang sering diwarnai oleh kepentingan egoistik dan sikap munafik, suara Indonesia yang disampaikan Prabowo hadir sebagai napas kejujuran dan keberanian. Pidato ini akan dikenang bukan karena dramatisasinya, tetapi karena ketenangannya yang bermakna, kejelasan moralnya, dan tawaran konkret yang diberikannya.

Indonesia tidak lagi hanya bicara tentang “dunia yang damai dan adil,” tapi benar-benar siap mewujudkannya. Dan itulah esensi dari sebuah pidato kenegaraan yang besar.

Narasi-narasi gagasan Prabowo tentang keadilan, kemakmuran dan geopolitik kawasan khususnya ASEAN sejatinya telah lama digaungkan. Dan resonansinya menjulang tinggi saat Prabowo terlibat langsung dalam kompetisi Pemilihan Presiden (Pilpres) Tahun 2014. Kala itu isu-isu tentang politik bargaining, kerjasama, kedaulatan dan kemakmuran kawasan ASEAN menjadi salah satu isu yang menarik bagi pihak negara jiran. Maka tak heran pada masa kampanye Pilpres 2014 saat itu kawan-kawan aktivis pelajar Islam Asia Tenggara sampai secara langsung hadir di Rumah Polonia, Jakarta Timur untuk menyatakan deklarasi perjuangan bersama dan mendukung gagasan Prabowo saat itu.

Pesan kepada pemimpin Dunia

Di akhir pidatonya, Presiden Prabowo memberikan seruan kepada seluruh pemimpin dunia, baik dari Barat maupun Timur, dari Utara maupun Selatan, untuk bangkit, untuk menjalankan peran yang dituntut sejarah. Dunia tidak membutuhkan lebih banyak senjata, melainkan lebih banyak empati. Tidak membutuhkan lebih banyak propaganda, tetapi lebih banyak tanggung jawab dan tindakan nyata.

Ia menyatakan bahwa mungkin apa yang dibayangkan saat ini masih berupa mimpi. Tapi itu adalah mimpi indah yang patut diperjuangkan bersama. Visi tentang dua negara untuk dua bangsa—Palestina dan Israel, shidup berdampingan, damai, dan saling menghormati, bukanlah ilusi. Itu adalah puncak harapan umat manusia. Dan Indonesia menyatakan diri siap menjadi bagian dari jalan panjang menuju realisasi impian tersebut.

Pidato Presiden Prabowo Subianto bukan hanya menunjukkan kapabilitas diplomatik Indonesia, tetapi juga membuktikan bahwa Indonesia masih teguh berdiri sebagai suara bagi mereka yang terpinggirkan, sebagai pembela bagi yang tak bersuara, dan sebagai mitra bagi dunia yang lebih adil dan damai.

Pidato ini adalah pernyataan bahwa Indonesia tidak akan tinggal diam di tengah kekacauan dunia. Bahwa sejarah bangsa ini yang lahir dari penderitaan, solidaritas, dan perjuangan masih relevan sebagai landasan moral dalam menjawab tantangan global.

Prabowo, dalam momen bersejarah ini, berbicara bukan sekadar sebagai Presiden Republik Indonesia, tetapi sebagai negarawan global yang membawa suara Timur untuk dunia. Suara yang menyerukan keadilan tanpa kebencian, kekuatan tanpa kesewenang-wenangan, dan perdamaian yang dibangun di atas pengakuan terhadap martabat setiap manusia. Dan dunia lebih dari sebelumnya, butuh suara seperti itu.