Opini
Maman Abdurrahman dan Harapan Perjuangan Pahlawan Nasional Korban Peristiwa 12 Mei 1998
Bulan Mei tahun 2025 menandai 27 tahun sejak tragedi tragis yang mengguncang bangsa Indonesia, yaitu gugurnya empat mahasiswa Universitas Trisakti: Alm. Elang Mulya Lesmana, Alm. Hafidin Royan, Alm. Henriawan Sie, dan Alm. Hery Hartanto dalam tragedi berdarah tanggal 12 Mei 1998 yang dikenal dengan Tragedi Trisakti. Mereka bukan sekadar korban kekerasan, mereka adalah martir perjuangan demokrasi yang mengobarkan semangat perubahan dari rezim otoriter Orde Baru menuju era Reformasi yang lebih terbuka dan berkeadilan.
Sebagai seorang alumni Trisakti, saya merasa bangga sekaligus terpanggil untuk terus mengenang dan memperjuangkan pengakuan atas jasa besar mereka kepada bangsa ini. Pengorbanan nyawa mereka bukan hanya menjadi catatan sejarah kelam, tetapi juga menjadi tonggak penting bagi lahirnya kebebasan berpendapat dan demokrasi di Indonesia. Dibalik sukacita kebebasan tersebut masih tersimpan duka bagi keluarga korban, apalagi saat menjelang bulan Mei di setiap tahunnya.
Selama bertahun-tahun, berbagai upaya telah dilakukan oleh aktivis mahasiswa, sivitas akademika, keluarga korban, dan alumni Trisakti serta para aktivis nasional untuk mendorong pemerintah memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada keempat mahasiswa tersebut sebagai bentuk penghormatan tertinggi atas keberanian dan pengorbanannya demi masa depan bangsa.
Salah satu tonggak penting dalam perjalanan penghargaan ini terjadi pada tanggal 15 Agustus 2005, ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat itu memberikan Bintang Jasa Pratama kepada keempat mahasiswa yang gugur tersebut. Pemberian tanda kehormatan ini dilakukan secara resmi di Istana Negara kepada orang tua korban dengan didampingi oleh Maman Abdurrahman selaku Presiden Mahasiswa Trisakti periode 2004-2006.
Pengorbanan sebagai pendobrak dan pembawa perubahan membuat Pemerintah Republik Indonesia menetapkan mereka sebagai pejuang reformasi. Dalam Keppres 057/PK/2005 tertanggal 15 Agustus 2005, mereka ditetapkan sebagai pejuang reformasi atas jasa-jasanya yang besar kepada bangsa Indonesia. Dengan pengorbanan jiwa, keempatnya telah mendorong bergulirnya reformasi yang telah memungkinkan perubahan besar dan mendasar dalam tata kenegaraan.
Perubahan yang terjadi memungkinkan kehidupan bernegara yang lebih demokratis, demikian pernyataan dalam keppres tersebut. Sebagai pahlawan reformasi mereka juga dianugerahi Bintang Jasa Kehormatan Pratama. Penganugerahan itu disampaikan langsung Presiden SBY kepada orangtua keempat pahlawan reformasi di Istana Negara didampingi pimpinan Organisasi Mahasiswa Universitas Trisakti, Maman Abdurrahman.
Kini saatnya bagi Maman Abdurrahman—yang kini menjabat sebagai anggota Kabinet Merah Putih—untuk melanjutkan perjuangan mulia tersebut dengan mendorong pemerintah agar segera memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada para martir muda kita tersebut.
Pemilihan Ketua Umum Ikatan Alumni Trisakti yang telah digelar sabtu (26/04) di Jakarta bukan sekadar agenda organisasi biasa, ini merupakan momentum strategis bagi seluruh alumni untuk bersatu mendukung langkah konkret agar pemerintah segera mengangkat status pahlawan nasional bagi Elang Mulya Lesmana dkk., sekaligus menjaga semangat reformasi tetap hidup di tengah dinamika politik saat ini. Maman Abdurrahman alumni Teknik Perminyakan Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Universitas Trisakti angkatan 2000 telah secara resmi dinyatakan sebagai Ketua Umum IKA Trisakti pada Rapat Umum Anggota (RUA) IKA Trisakti.
Dengan pengalaman panjang Maman Abdurrahman dalam dunia kemahasiswaan, dunia profesional, parlemen, dan pemerintahan, kami meyakini mampu membawa aspirasi ini ke tingkat lebih tinggi sehingga tidak hanya menjadi wacana tapi benar-benar terealisasi demi menghormati jasa para pahlawan muda kita.
Kita harus menghargai Masa Lalu Demi Masa Depan Bangsa. Perjalanan panjang reformasi Indonesia tidak lepas dari darah dan air mata generasi muda seperti empat mahasiswa Trisakti itu. Sebagai bagian dari keluarga besar universitas tersebut sekaligus warga negara Indonesia yang peduli akan nilai-nilai demokrasi, sudah sepatutnya kita terus mengenang perjuangan mereka dengan tindakan nyata — salah satunya melalui pemberian gelar Pahlawan Nasional.
Semoga momentum peringatan 27 Tahun Tragedi Trisakti tahun ini menjadi titik balik baru dalam memperkuat komitmen kolektif kita menjaga warisan reformasi serta menghargai setiap tetes darah pejuang kemerdekaan zaman modern demi masa depan Indonesia yang lebih baik.
Penulis :
Ir. Atma Winata Nawawi, ST., M.Ars., IALI.
Ketua Harian IKA FALTL Universitas Trisakti
Tinggalkan Balasan