Oleh: Daymato Mony – Aktivis Lingkungan

Euforia masyarakat buru selatan mengingatkan kita akan Gunung Botak kabupaten Buru. Ini bukanlah sebuah kebanggaan, melainkan peringatan keras akan potensi terulangnya tragedi pencemaran lingkungan. Gunung Botak di Kabupaten Buru sebagai simbol kegagalan tata kelola pertambangan rakyat di Maluku. hal ini disebabkan Area tersebut dipenuhi aktivitas ilegal, penggunaan zat berbahaya seperti merkuri dan sianida, serta kerap menelan korban jiwa akibat longsor serta dengan konflik antarkelompok penambang.

Pembukaan tambang baru di Buru Selatan, meskipun diklaim resmi dan dihiasi upacara adat, tapi perlu dipertanyakan secara ketat mengenai dua hal utama:

Legalitas dan Keberlanjutan: Apakah pembukaan ini disertai dengan Izin Pertambangan Rakyat (IPR) yang komprehensif serta memenuhi prosedur, atau hanya merupakan klaim resmi lokal yang rentan dibajak oleh kepentingan modal besar atau praktik ilegal? Membuka tambang di kawasan baru tanpa mekanisme pengawasan ketat, pengelolaan limbah yang transparan, dan jaminan keselamatan kerja hanya akan memindahkan masalah dari Gunung Botak ke Wasanroa.

Jaminan Lingkungan:

Mengingat sejarah buruk penggunaan bahan kimia beracun di Buru,maka Pemda ataupun masyarakat harus fokus pada bagaimana memastikan zero tolerance terhadap merkuri dan sianida. Penggunaan upacara adat tidak akan menetralisir limbah tambang. Diperlukan teknologi yang aman dan komitmen politik yang kuat, bukan sekadar simbolisme budaya.

Risiko Penggusuran Kesejahteraan Jangka Panjang

Jika tambang baru ini benar-benar menjanjikan, pemerintah dan masyarakat harus belajar dari kesalahan masa lalu, terutama di Gunung Botak. substansialnya,Apakah pembukaan tambang ini benar-benar untuk kesejahteraan rakyat lokal, atau hanya menjadi magnet bagi eksploitasi dan migrasi besar-besaran?

Pengalaman Gunung Botak menunjukkan bahwa mayoritas penambang dan pemetik keuntungan besar seringkali adalah pendatang dari luar (bahkan luar Maluku), sementara masyarakat lokal hanya menerima dampak negatifnya (seperti kerusakan lingkungan, pencemaran air, dan peningkatan kriminalitas).

Euforia emas baru seringkali meredupkan perhatian terhadap ekonomi lokal berkelanjutan (seperti perikanan atau pertanian). Prioritas harusnya diberikan pada pembangunan kerangka kerja yang menjamin:

Keamanan dan Keselamatan bagi para pekerja.

Pembatasan tegas terhadap masuknya pemain non-lokal yang eksploitatif.

Alokasi pendapatan yang adil yang mengalir kembali untuk pembangunan infrastruktur dan kesehatan masyarakat.