Detik TV | Jakarta – Belum lama ini, Jakarta Timur (Jaktim) kualitas makan bergizi gratis (MBG) dikeluhkan oleh orang tua Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 281 Jakarta dan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 62 Jakarta.
Sekretaris Komisi E Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta dari Fraksi Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Justin Adrian Untayana, mengatakan bahwa harus ada evaluasi secara rutin terhadap program MBG di Jakarta, terutama menyangkut Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang lalai terhadap kualitas makanan yang akan dikonsumsi.
“Pelaksanaan program MBG ini harus dievaluasi secara rutin agar SPPG terus berbenah dalam menjalankan kewajibannya agar tidak membahayakan para siswa dan tidak lagi dikeluhkan oleh warga,” tegasnya setelah mengunjungi SMPN 281 Jakarta dan SMAN 62 Jakarta pada Hari Kamis (9/10/2025).
“Selain itu, kami juga mendapatkan laporan bahwa ada beberapa makanan yang mengeluarkan bau tidak sedap, saya harap jangan sampai hal semacam itu terulang kembali nantinya,” lanjutnya.
“Dengan maraknya kasus keracunan makanan di beberapa wilayah di Indonesia, Justin berharap hal tersebut dapat dicegah agar tidak terjadi di Jakarta dan semua MBG yang disalurkan bisa sepenuhnya dipastikan aman untuk dikonsumsi oleh anak-anak kita,” sambungnya.
Kendati demikian, Justin tetap mendukung pelaksanaan MBG yang menurutnya penting untuk memenuhi kebutuhan gizi anak-anak di Jakarta. Selain itu, ia juga menilai MBG berpotensi mengurangi permasalahan tumbuh kembang anak seperti stunting.
“Ke depannya, program MBG ini perlu terus kita dukung. Hal ini penting dan sangat dibutuhkan oleh anak-anak kita untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan gizinya sehari-hari. Dengan adanya program ini, harapannya anak-anak kita bisa tumbuh sehat dan menjadi sumber daya manusia berkualitas nantinya, sehingga dapat diandalkan dalam pembangunan negeri,” lanjutnya.
Data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024 menunjukkan bahwa angka stunting di DKI Jakarta masih sebesar 17,2 persen. Selain itu, kekurangan berat badan balita berada di angka 14,9 persen, atau bertambah dari 14,5 persen pada tahun 2023.
“Misalnya mengenai stunting, angkanya masih berada di kisaran 17 persen pada tahun 2024 dan harus terus diturunkan. Kemudian, angka kekurangan berat badan balita malah bertambah. Dalam dua kasus itu, MBG menjadi penting untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan gizi para anak,” terang Justin.
Ia juga menyorot aspek lainnya dalam pertumbuhan anak-anak di Jakarta, yaitu kondisi IQ dan berat badannya yang masih perlu ditingkatkan, apalagi jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya.
Pada Bulan Januari 2025, International IQ Test (IIT) telah mencatat rata-rata IQ orang Indonesia berada di angka 93,18, atau di peringkat 98. Hal itu menempatkan Indonesia jauh di bawah Korea Selatan (106,43), Jepang (106,4), atau bahkan Malaysia (100,48).
“Di Indonesia ini kita juga masih terkendala masalah IQ, yang mana hal itu salah satunya diakibatkan oleh kurangnya gizi, khususnya vitamin-vitamin tertentu yang harus menyertai dalam periode tumbuh kembang anak. Kita juga perlu memastikan makanan-makanan yang dimasak di SPPG itu sudah mencakup kandungan-kandungan gizi yang dibutuhkan,” ujarnya.
Selanjutnya, data World Population Review menunjukkan rata-rata laki-laki berusia 19 tahun di Indonesia memiliki ketinggian 166 cm pada tahun 2025. Sementara itu, rata-rata laki-laki dengan usia yang sama mencapai ketinggian 172 cm di Jepang. Kemudian, rata-rata ketinggian laki-laki di Korea Selatan berada jauh di atas Indonesia dengan angka 176 cm.
“Anak-anak kita di Indonesia juga tertinggal dalam hal tinggi badan. Sejauh ini, kita berada di bawah negara-negara lainnya seperti Korea Selatan dan Jepang. Waktunya kita membayar ketertinggalan kita, salah satunya dengan penyediaan MBG ini,” tutupnya.
Tinggalkan Balasan