DETIKTV.CO.ID, TERNATE — Kota Ternate tak luput dari ancaman yang selama ini menghantui banyak kota di Indonesia: sampah makanan atau food waste. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada 2023 menunjukkan, sisa makanan menyumbang 41,4 persen dari total sampah nasional angka yang membuat masalah ini tak bisa lagi dianggap sepele.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Ternate, Muhammad Syafe’i, menduga kondisi di kotanya tak jauh berbeda. “Secara nasional, sisa makanan itu 30–40 persen dari sampah organik. Saya menduga Ternate juga sama. Tapi kita perlu penelitian karakteristik sampah untuk memastikan,” ungkapnya di ruang kerja, Selasa (12/8/2025).
Syafe’i mengingatkan, penumpukan sampah organik bukan hanya soal bau atau estetika kota. Ada ancaman yang lebih berbahaya: gas metana. Gas ini mudah terbakar, dan bila terkumpul dalam jumlah besar lalu tersulut, ledakan bisa saja terjadi.
Salah satu langkah pencegahan, kata dia, adalah pemasangan pipa di antara tumpukan sampah. Fungsinya untuk memberi jalur keluar gas agar tidak terjebak di dalam. “Kalau tersumbat, itu yang bahaya. Bisa meledak,” ujarnya.
Namun, di balik bahayanya, metana juga punya potensi manfaat. Dengan teknologi biodigester, gas ini bisa diolah menjadi bahan bakar untuk memasak. “Sisa makanan diblender, dimasukkan ke tabung biodigester yang berisi bakteri. Prosesnya akan menghasilkan gas yang bisa dipakai memasak, meski daya tahannya terbatas,” jelasnya.
Ia juga menekankan pentingnya membangun bank sampah di setiap kelurahan, bahkan sampai ke tingkat lorong. Meski kontribusinya terhadap pengurangan volume sampah masih kecil, langkah ini dinilai strategis. “Harus terus kita dorong. Kalau lingkungan bersih, masyarakat juga lebih nyaman,” Pungkasnya.
Tinggalkan Balasan