Oleh: Firmansyah
DETIKTV, JAKARTA – Dalam hiruk-pikuk organisasi, di antara suara rapat dan gemuruh semangat juang, kita terlalu sering berbicara tentang “militan”, “radikal”, bahkan “revolusioner”, tetapi lupa menyisipkan satu kata penting: waras. Selasa (17/6/2025).
Padahal, waras bukan sekadar sehat akal, melainkan juga sehat hati mampu menimbang dengan jernih, menempatkan kepentingan bersama di atas ego pribadi maupun kelompok. Serikat pekerja yang waras tahu bahwa kekuasaan adalah amanah, bukan ajang mempertontonkan gengsi dan kuasa.
Bukan Panggung Gengsi, Tapi Rumah untuk Semua, Serikat pekerja bukan panggung bagi mereka yang ingin merasa paling benar. Ia bukan rumah bagi mereka yang hanya ingin didengar, tetapi enggan mendengar. Ketika organisasi lebih sibuk mengurus struktur daripada substansi, lebih mengejar jabatan daripada perjuangan, maka yang tumbuh bukan kekuatan kolektif, tapi kerapuhan yang dibungkus formalitas.
Serikat pekerja dibentuk untuk memperjuangkan keadilan untuk menjadi perisai kaum lemah, suara yang menembus tembok kekuasaan. Tapi apa jadinya jika dari dalam, suara-suara itu justru saling menenggelamkan? Apa jadinya bila organisasi lebih banyak dihuni oleh ego daripada empati.
Saat Ego Menyusupi Perjuangan, Kita harus jujur mengakui: kadang ego kita lebih besar dari cita-cita perjuangan itu sendiri. Kita merasa paling paham, paling berpengalaman, paling berjasa. Tapi dalam organisasi, “paling” adalah racun. Ia mematikan dialog, membungkam ide-ide segar, dan menghambat regenerasi.
Ego tidak membangun organisasi ia hanya memperluas bayangan diri sendiri, Sebaliknya, serikat pekerja yang kuat adalah yang dipimpin oleh orang-orang yang rendah hati. Mereka yang sadar bahwa organisasi ini milik bersama, bukan milik pribadi atau kelompok. Mereka yang paham bahwa keberlangsungan hidup dan pekerjaan anggota jauh lebih penting daripada mempertahankan ego institusional.
Sebuah Kalimat yang Menampar Kesadaran; Di tengah ego institusional serikat pekerja yang terkadang menyesakkan, kalimat dari Ketua Serikat Pekerja Transportasi Jakarta, Jan Oratmangun, mengetuk pintu kesadaran kita semua.
Lebih baik fokus kelola organisasi dengan WARAS, menambah ilmu dan wawasan anggota lewat pelatihan-pelatihan berskala internasional, sehingga anggota menyadari bahwa keberlangsungan mereka dalam bekerja itu lebih penting daripada ego organisasi yang merasa paling benar sendiri.
Sederhana, namun tajam. Menyentuh, karena terasa benar. Menyakitkan, karena bisa jadi itu sedang bicara tentang kondisi kita hari ini.
Ilmu: Nafas Panjang Perjuangan
Serikat pekerja yang tidak terus belajar akan menjadi tua sebelum waktunya. Dunia kerja berubah dengan cepat regulasi, teknologi, hingga relasi industrial terus bergeser. Tanpa peningkatan kapasitas, organisasi akan tertinggal, kehilangan relevansi, dan hanya menjadi tempat nostalgia masa lalu.
Pelatihan berskala internasional bukan kemewahan, tapi kebutuhan.
Wawasan global bukan gaya-gayaan, tapi bekal.
Ketika anggota dibekali ilmu, mereka kuat bukan hanya di jalanan, tapi juga kuat di ruang negosiasi, forum bipartit hingga tripartit, bahkan hingga kursi parlemen.
Perjuangan membutuhkan strategi. Strategi membutuhkan pengetahuan. Dan pengetahuan hanya tumbuh pada mereka yang bersedia merendah untuk belajar.
Kewarasan: Jalan Pulang Organisasi
Waras berarti jernih dalam melihat tujuan. Tahu kapan harus melangkah, kapan harus mendengar, dan kapan harus menahan diri demi kemajuan bersama. Serikat pekerja yang waras tahu bahwa memastikan anggota tetap bekerja dan hidup layak jauh lebih penting daripada mempertahankan kursi dan nama.
Kewarasan bukan kelemahan. Ia adalah keteguhan bersikap dewasa di tengah konflik. Ia adalah kemampuan menempatkan substansi di atas kepentingan pribadi.
Penutup: Serikat Pekerja, Mari Waras Bersama
Jika kita ingin serikat pekerja tetap hidup, tetap berarti, dan tetap menjadi harapan banyak orang, maka kita harus waras—secara pikiran, hati, dan tindakan.
Kita harus menjadi organisasi yang:
– terus belajar,
– rendah hati,
– tahan kritik, dan
– berani berubah demi kebaikan bersama.
Mari kita jaga kewarasan itu.
Karena di saat semua sibuk memelihara ego, hanya yang waras yang mampu menyelamatkan masa depan perjuangan.
SPTJ – berjuang tanpa henti!. Tutup.
Tinggalkan Balasan