Detik TV | Papua – Konflik di Distrik Elelimi, Kabupaten Yalimo diduga akibat ucapan rasis oleh anak sekolah pendatang terhadap anak lokal. Akibat ucapan tersebut memicu konflik besar yang mengakibatkan banyak bangunan dibakar massa hingga korban luka-luka, ada juga dilaporkan hilangnya warga sipil hingga berita ini dinaikan belum ada informasi lebih lanjut.

 

Kabid Humas Polda Papua, Kombes Cahyo Sukarnito mengaku hingga kini pihaknya mendapatkan laporan satu warga sipil atas nama Nasir Daeng Mappa (44) masih dinyatakan hilang.

 

Nasir Daeng Mappa dilaporkan hilang, sementara anak nya Arsya Dafa (9) saat ini sudah berada di Rumah sakit masih menjalani perawatan karena luka sobek pada bagian kepala belakang.

 

Akibat konflik besar tersebut ada juga dari aparat keamanan menjadi korban. Kasatgas Damai Cartenz, Brigjen Faizal Ramadhani mengaku beberapa anggota TNI/Polri terluka akibat aksi ricuh di Yalimo.

 

“Beberapa anggota kami mengalami luka, di antaranya Briptu Fitrah H. Naing terkena lemparan batu di wajah, Briptu Muh Aksa Almuthadin terkena panah di kepala, serta seorang prajurit TNI bernama Charles mengalami luka di bagian belakang kepala,” jelas Brigjen Faizal, Kamis (18/9/2025).

 

Massa yang mengamuk bukan hanya membakar rumah warga dan kios, tapi juga fasilitas negara yang digunakan oleh aparat keamanan ikut menjadi sasaran, salah satunya pos TNI AD Satgas Maleo.

 

”Saat dibakar masih terdapat enam anggota mereka di dalam pos, sehingga Tim gabungan TNI-Polri berupaya mengevakuasi mereka. Tiga diantaranya mengalami luka berat akibat panah, lemparan batu, dan luka bakar,” jelas Brigjen Faizal.

 

Sementara itu, Penasehat Lembaga Perlindungan Anak Indonesia yang juga merupakan Ketua Perlindungan Anak Indonesia setanah Papua (Papua Raya), Idam Khalid sangat menyayangkan peristiwa tersebut yang dipicu dari ucapan rasis seorang anak pendatang terhadap anak lokal.

 

Menurut Idam, hal itu terjadi karena kurangnya perhatian dari orang tua dalam mendidik anak-anaknya untuk berprilaku baik terhadap sesama. Butuhnya kerjasama yang baik antara pihak sekolah dengan Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Se-Papua Raya dan orangtua murid dalam mengawasi putra putrinya.

 

“Kejadian ini merupakan pelajaran bagi kita semua agar tetap mengedepanan etika, dan perlu ditingkatkan kerjasama yang baik antara pihak sekolah, LPAI dan orangtua murid dalam memantau pergaulan anak saat di luar lingkungan sekolah,” ujarnya, Jumat (19/9/2025).

 

Pendiri Idaman Karya Mandiri Training Center (IKMTC), Idam Khalid juga memberikan apresiasi yang tinggi kepada pihak TNI/Polri dalam menangani masalah tersebut. Dirinya terus memberikan dukungan penuh terhadap anggota keamanan yang tetap menggunakan cara-cara humanis dalam menyelesaikan masalah.

 

“Salut buat TNI/Polri yang bergerak cepat untuk membuat keadaan kembali normal, meskipun ada juga korban dari anggota keamanan dalam menghentikan konflik tapi karena profesionalan mereka yang tinggi sehingga mereka masih bertindak sesuai dengan SOP yang berlaku. Mereka juga memprioritaskan anak-anak dan wanita dalam melakukan evakuasi ke Wamena sehingga dapat dipastikan tidak ada korban dari kaum rentan tersebut,” jelasnya.

 

Idam berharap agar masalah tersebut benar-benar telah selesai tanpa ada kelanjutan dikemudian hari. Dirinya juga berpesan agar pihak sekolah lebih banyak memberikan kegiatan yang positif terhadap para murid, seperti bekerjasama dengan Lembaga Pelatihan Keterampilan (LPK) agar anak-anak dapat memanfaatkan waktu luang untuk mendapatkan skill sebelum terjun ke dunia kerja.

 

“Saya menyarankan agar pihak sekolah menjalin kerjasama dengan LPK demi meningkatkan skill anak-anaknya dari pada membiarkan mereka menghabiskan waktu untuk hal-hal negatif. Cara itu selain dapat meningkatkan keterampilan anak, juga dapat menghindari konflik antar sesama karena mereka sibuk dalam pelatihan,” pesannya.

 

Hingga berita ini dinaikan, LPA Papua Raya sudah mempercayakan kepada TNI/Polri dalam memberikan perlindungan terhadap anak-anak dan wanita yang merupakan kaum rentan untuk mendapatkan perharian khusus.

 

“Kami juga terus bersinergy dan komunikasi dengan para pemerhati anak di lokasi kerusuhan agar memastikan anak-anak dan wanita mendapatkan perilaku khusus. Dan bila terjadi yang bersifat darurat terhadap anak-anak, TNI/Polri akan melakukan tindakan sigap. Sementara itu akibat dari konflik tersebut seluruh akses transportasi ke daerah tersebut telah ditutup,” tambahnya.

 

Idam juga mengakui sampai saat ini komunikasi di Papua sangat sulit, banyak korban juga dari pihak aparat sehingga tidak mungkin dalam waktu dekat dirinya menuju daerah tersebut karena kondisinya masih berbahaya.

“Hingga kini komunikasi sangat sulit, tidak mungkin saya ke daerah tersebut karena sangat berbahaya, sama saja menyerahkan nyawa sendiri. Sementara itu TNI/Polri masih terus melakukan evakuasi dari daerah konflik ke luar dan tidak bisa orang dari luar masuk daerah tersebut. Saya percayakan semuanya ke TNI/Polri yang telah menjalankan tugasnya disana demi membuat kondisi kembali normal,” tutupnya.