DETIKTV.CO.ID, TERNATE — Jalan rusak parah yang menjadi penghubung vital antara kawasan belakang Gambesi dan Kampus II Universitas Khairun (Unkhair) kembali menuai sorotan tajam dari masyarakat,Senin(23/6/2025.

 

 

Kerusakan yang telah berlangsung bertahun-tahun ini tidak hanya menghambat aktivitas mahasiswa dan warga, tetapi juga telah menelan banyak korban yang jatuh akibat kondisi jalan yang berlubang, berlumpur saat hujan, dan penuh kerikil lepas.

 

Alih-alih menjadi prioritas pembangunan infrastruktur strategis, jalan tersebut justru seperti terhapus dari peta perhatian Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Ternate.

Pemerintah terkesan membiarkan luka terbuka itu menganga di tengah denyut kehidupan akademik dan aktivitas masyarakat, tanpa penanganan yang memadai, apalagi permanen.

 

“Setiap hari ada saja mahasiswa atau warga yang jatuh. Bahkan ada ibu-ibu yang patah tulang karena terpelanting di jalan ini,” ujar Rafi, seorang mahasiswa Unkhair, saat ditemui di lokasi, Senin (23/6).

 

Kondisi jalan yang rusak parah ini telah menjadi keluhan publik bertahun-tahun, namun hingga kini belum tampak tanda-tanda serius dari Pemkot Ternate untuk memperbaikinya.

 

Alih-alih dilakukan betonisasi atau pengaspalan menyeluruh, jalan hanya ditambal seadanya menggunakan batu kerikil atau material lepas yang justru memperparah situasi.

 

Masyarakat kini mulai mempertanyakan ke mana arah penggunaan anggaran Dinas PUPR Kota Ternate. Keterbukaan publik atas rincian alokasi dana perbaikan infrastruktur dipandang nihil. Kritik pun kian nyaring disuarakan, bukan hanya dari warga sekitar, tetapi juga dari komunitas akademisi, mahasiswa, hingga Lembaga Swadaya Masyarakat.

 

“Kami mendesak Kejaksaan Tinggi Maluku Utara untuk mengaudit anggaran PUPR. Jalan ini jelas-jelas strategis, tetapi tidak mendapat perhatian. Ada apa?” tegas Wahid Mahmud, Ketua Forum Peduli Infrastruktur Pendidikan Maluku Utara.

 

Bagi sebagian besar mahasiswa yang setiap hari melintasi jalur ini, risiko jatuh bukan sekadar kemungkinan, melainkan kenyataan yang terus berulang. Tak sedikit yang mengalami luka, cidera, bahkan kehilangan barang-barang berharga karena terjatuh di jalan becek, berbatu, dan gelap tanpa penerangan.

 

Kondisi ini ironis, mengingat jalur tersebut bukan jalan kecil kampung sempit, tetapi merupakan akses utama menuju pusat pendidikan tinggi terbesar di Maluku Utara. Universitas Khairun, sebagai institusi akademik yang mestinya didukung oleh infrastruktur memadai, justru dikepung akses jalan yang memalukan dan membahayakan.

 

Kritik terhadap Kadis PUPR dan Wali Kota Ternate tak bisa lagi dihindarkan. Tagar Perbaiki Jalan Gambesi dan Unkhair Butuh Akses Aman mulai ramai digaungkan di media sosial. Di sisi lain, Kejati Malut diminta turun tangan melakukan pemeriksaan dan audit mendalam terhadap penggunaan anggaran infrastruktur, khususnya pada ruas-ruas jalan di wilayah pendidikan.

 

“Pembangunan yang mengabaikan akses pendidikan adalah bentuk pengkhianatan terhadap masa depan. Pemerintah tak bisa terus bersembunyi di balik alasan keterbatasan anggaran,”Pungkasnya.